Hawa dingin seperti mendapatkan tempatnya disini. Daratan berbukit terhiasi hijau pepohonan. Mungkin ini ada asal muasalnya sejak zaman prasejarah dahulu. Mungkin hawa dingin ini memang karena dulunya kawasan ini masih tertutup salju atau dikelilingi oleh es abadi. Daratan Sunda begitu dulu tempat ini dinamakan. Sebuah daratan yang tidak terlalu disukai oleh para reptil raksasa. Dinosaurus.
Aku terbangun pagi ini. Duduk. Sejenak merasakan hawa dingin akhir tahun. Mungkin tidak seperti didaerah lain yang memiliki 4 musim, disini, di garis Khatulistiwa, hanya ada musim panas dan musim hujan. Dan saat ini, akhir tahun adalah miliknya cuaca dingin dan hujan.
Dulu, manusia disini akan merasakan musim panas yang bahkan bisa membuat sumber aliran air menjadi kering. Kemarau. Berbulan-bulan. Mungkin tepatnya antara 4-5 bulan.
Melewati periode peralihan pancaroba, maka musim hujan tiba. Biasanya disertai dengan angin kencang dan hujan yang seakan-akan tak akan pernah berhenti. Dan, di musim ini, banjir menjadi hal yang biasa.
Aku sadar bahwa musim hujan ini mungkin tidak lama. Bahkan intensitas hujannya akan berkurang. Sama seperti ketika banyak orang mengira bahwa musim panas akan kemarau merata, ternyata tidak. Selama musim panas lalu, bahkan sering terjadi hujan. Tapi memang, kemarau juga terjadi di beberapa daerah. Sumber mata air banyak yang kering. Masa-masa peralihan pancaroba kali ini tidak lagi menandai anomali cuaca akibat peralihan yang pasti akan terjadi seperti perubahan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Pancaroba kini digunakan untuk menyebut anomali yang memang sering terjadi belakangan ini sepanjang tahun. Banyak ahli mencoba mencari tahu mengenai hal ini. Yang pastinya bukan aku.
Aku memang tidak menaruh perhatian terhadap cuaca. Tapi pancaroba ini dan kesimpulan para ahli membuat aku sedikit mengernyitkan alis mata. Aku jadi teringat mengenai cerita-cerita masa silam dari belahan bumi lain. Aku pernah mendengar bagaimana fenomena-fenomena alam yang tidak biasa menjadi salah satu tanda-tanda akan terjadinya perubahan besar terhadap peradaban manusia.
Tapi saat ini mungkin masih terlalu dini bagi ku memikirkan hal tersebut. Terlalu rumit. Pembimbingku, Prof. Osamu mengatakan kalau aku masih perlu waktu dan usaha untuk bisa memahami apa yang terjadi di dunia. Termasuk peradaban manusia.
Oleh karena itu, Prof. Osamu bersama beberapa ilmuan lainnya membuat sebuah platform untuk bisa mendata perkembangan manusia. Goal besarnya adalah untuk bisa mendata dan mengetahui simulasi perkembangan peradaban manusia. Gila memang. Tapi ternyata di Negara China, platform sejenis ini telah diterapkan oleh mereka. Kita menyebutnya China Points.
Tahun 2019 lalu, aku mendapatkan informasi ini dari salah satu pakar. Belum pernah terdengar sebelumnya dari manapun, Negara China memiliki platform Cina Points untuk mendata perilaku warganya. Perilaku ini menjadi salah satu syarat agar China Points ini didapat. Bagi masyarakat peradaban barat, apa yang dilakukan oleh Negara China ini seperti ingin mendikte atau mengintervensi warganya. Pada akhirnya, menurut pemikiran ku dan beberapa pakar, platform seperti ini, meski tidak sempurna, diperlukan untuk bisa mengetahui simulasi perkembangan peradaban manusia.
Ah, ternyata sudah 15 menit aku duduk termenung merasakan hawa dingin ini. Aku harus bersiap berangkat menemui Prof. Osamu dan timnya. Disini, mungkin ada ratusan yang harus bangun pagi dan bersiap menuju aula pertemuan untuk mendengarkan pengetahuan dan apa saja yang harus dilakukan. Setidaknya di hawa dingin ini, aku tidak sendirian. Apalagi beberapa shelter di daerah lain juga menerapkan protokol yang sama bagi generasi muda baru yang baru bangun dari kapsul kehidupan….